Rabu, 09 Maret 2011

FENOMENA YANG ADA DI MASYARAKAT ANTARA LAIN....


Ø Fenomena Ponari dalam Tinjauan Medis dan Sosiologi



Muhammad Ponari digendong
TERKAIT:
METODE pengobatan yang dilakukan Muhammad Ponari, dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terkesan unik dan berbau takhayul.

Keunikan dan unsur takhayulnya itu telah menghipnotis ribuan orang dari berbagai daerah di pelosok Tanah Air masih memadati tempat praktik anak semata wayang hasil pernikahan Kasemin (42) dan Mukaromah (28) itu sampai sekarang.

Bahkan di antara mereka ada yang rela antre selama berhari-hari demi mendapatkan seteguk air putih yang sebelumnya dicelup batu yang digenggam siswa Kelas III SD Negeri Balongsari 1 itu.

Tak peduli, apakah air celupan batu itu higienis atau tidak, yang penting mereka percaya bahwa air itu bertuah dan bisa menyembuhkan segala macam penyakit.

"Setidaknya bisul yang saya rasakan bertahun-tahun sudah agak mendingan," kata Masilah (43), warga Surabaya, setelah meneguk air keruh yang didapat dari rumah Ponari.

Kendati demikian, ada juga warga yang tidak percaya bahkan kapok setelah mengonsumsi air Ponari. Namun, penyakitnya tak kunjung sembuh, seperti yang dialami Hamzah (53), warga Mojongapit, Jombang. "Nyatanya mata saya juga tidak ada perubahan, setelah minum air dari Ponari," katanya sambil menunjukkan matanya yang sakit.

Namun tak sedikit pula warga yang penasaran untuk mendapatkan air itu. "Sampai kapan pun, saya akan tetap bertahan di sini untuk mendapatkan air itu," kata Maslukhan, warga Purwodadi, Jawa Tengah, saat ditemui di Dusun Kedungsari, Sabtu (21/2) siang.

Kedatangannya ke dusun kumuh itu sebagai bentuk ikhtiar dengan harapan kelumpuhan yang diderita ibunya itu bisa sembuh. Sudah tiga hari Maslukhan berada di Dusun Kedungsari, tetapi tetap tidak mendapatkan kupon antrean karena setiap hari panitia hanya mengeluarkan 5.000 lembar kupon, sedang yang datang di atas angka 10.000 orang.

Terlepas dari semua keunikan dan hal-hal yang berbau takhayul, secara medis, air yang didapat dari Ponari itu tetap tidak layak untuk dikonsumsi. "Air dalam kemasan saja masih ada yang tidak sehat, apalagi air yang dicelup batu dan tangan Ponari. Siapa yang menjamin kebersihan tangan Ponari?" kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jombang dr Pudji Umbaran.

Dalam tinjauan medis, orang yang berobat kepada Ponari hanya mendapatkan efek "placebo", yakni penderita merasakan kenyamanan sesaat, walaupun penyakit yang dideritanya tidak hilang begitu saja.

"Efek placebo ini juga bisa didapatkan oleh pasien dari dokter. Makanya mengapa ada dokter yang banyak didatangi pasien dan mengapa pula ada dokter yang sepi pasien. Ilmu kedokteran itu mencakup scientific dan art. Dokter yang bisa menggabungkan scientific dan art inilah yang bakal dikunjungi banyak pasien," kata Pudji menjelaskan.

Efek placebo, lanjut dia, sudah bisa dirasakan oleh pasien, bahkan sebelum mengunjungi dokter itu. "Ada orang yang merasa sembuh, sebelum meminum obat dari dokter karena sudah terlanjur cocok pada dokter itu," katanya.

Sama halnya dengan orang yang datang ke tempat Ponari. "Setelah meneguk air, ada orang yang langsung merasakan kesembuhan. Padahal penyakitnya belum hilang. Kalau tidak percaya, silakan penderita tumor datang ke tempat Ponari, setelah itu bisa dibuktikan secara bersama-sama melalui rontgen, apakah tumornya itu hilang atau masih ada," katanya.

Belum lama ini, Dimas (3,5), warga Desa/Kecamatan Ngusikan, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang. Ia menderita radang otak yang cukup parah. "Berdasar pengakuan dari kedua orangtuanya, anak itu sebelumnya mendapatkan pengobatan dari Ponari," katanya.

Demikian pula banyak pasien dokter di Jombang yang mengaku telah melakukan terapi di rumah Ponari. "Hampir 30 persen pasien yang melakukan rawat jalan di rumah saya sudah pernah ke sana," kata Pudji.

Oleh sebab itu, IDI Jombang menyatakan bahwa pengobatan yang dilakukan oleh Ponari tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis. Dalam ilmu kedokteran, untuk memastikan seseorang menderita penyakit tertentu harus melalui beberapa tahap.

Pudji menjelaskan, dalam menangani pasien, seorang dokter wajib melakukan proses "anamesa" atau wawancara dengan pasien yang ditindaklanjuti dengan pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan dengan melihat, meraba, dan mengetuk tubuh pasien.

Kalau masih ragu, seorang dokter bisa melakukan pengujian laboratoris dan rontgen. "Setelah itu baru mendiagnosis penyakit pasien yang diikuti dengan tata laksana pengobatan," katanya.

Serangkaian proses itu tidak menjamin seorang pasien sembuh total. Oleh sebab itu, Pudji tidak memungkiri kedatangan seseorang ke dukun atau ahli pengobatan alternatif lainnya karena merasa putus asa dengan model penyembuhan yang dilakukan oleh dokter.

"Justru fenomena Ponari ini, kami melihatnya sebagai tantangan bagi dokter. Untuk menjawab tantangan itu, seorang dokter tidak boleh lagi tertutup dan pelit dalam memberikan informasi mengenai penyakit terhadap pasien. Sudah bukan zamannya lagi, dokter terburu-buru memeriksa seseorang karena pasien di luar banyak yang sudah antre," kata Kasubid Pelayanan Medik RSUD Jombang itu mengingatkan para dokter.

Menurut dia, di Kabupaten Jombang, dokter umum dan spesialis yang membuka praktik mencapai 180 orang. "Jumlah ini melebihi rasio penduduk karena idealnya seorang dokter melayani 10.000 pasien. Hanya tingkat penyebarannya tidak merata," katanya.

Untuk mendapatkan pelayanan dokter umum swasta, masyarakat hanya dikenakan tarif dari Rp 20.000 hingga Rp 25.000 termasuk obat (dispencing). Adapun tarif jasa pemeriksaan dokter spesialis di Jombang berkisar antara Rp 30.000 dan Rp 50.000 untuk sekali kunjungan.

"Belum lagi Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) sehingga masyarakat dapat mendapatkan layanan kesehatan secara cuma-cuma, baik di puskesmas, maupun di rumah sakit. Bahkan, masyarakat yang tidak memiliki kartu Jamkesmas, Pemkab Jombang masih menanggungnya melalui program Jamkesda yang dananya bersumber dari APBD," katanya.

Oleh sebab itu, dia tidak setuju adanya anggapan bahwa fenomena Ponari sebagai dampak dari buruknya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. "Di Kecamatan Megaluh, tak jauh dari rumah Ponari, ada dokter dan puskesmas yang siap memberikan pelayanan setiap hari," kata Pudji.

Romantisme Mistis
Sementara itu, pakar sosiologi dan kebudayaan dari Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, Prof Dr Tadjoer Ridjal, MPd, mengemukakan, fenomena Ponari tidak memiliki keterkaitan langsung dengan masalah pelayanan kesehatan dan kondisi sosio-kultural masyarakat Jombang secara umum.

"Yang datang ke rumah Ponari bukan hanya masyarakat Jombang. Kalau dicermati lagi, justru lebih banyak dari daerah lain, termasuk Kalimantan, Sumatera, dan beberapa wilayah lain di Indonesia," katanya.

Menurut dia, fenomena Ponari merupakan potret masyarakat yang masih memegang teguh pemikiran tradisional. "Golongan masyarakat ini ingin menghidupkan kembali mitos lama yang telah punah. Golongan ini penganut romantisme mistis," katanya.

Mitos lama itu, lanjut Tadjoer, adalah munculnya sosok Ki Ageng Selo yang melegenda di kalangan masyarakat Jawa ratusan tahun silam. Ki Ageng Selo mendadak sakti setelah petir yang hendak menyambarnya mampu dihalau dan berubah menjadi sebuah batu.

"Legenda Ki Ageng Selo itu kembali dihidupkan di tengah masyarakat dengan menampilkan sosok Ponari. Dalam tinjauan sosiologi dan kebudayaan, kedua sosok ini sama-sama memiliki power yang digambarkan oleh kalangan masyarakat tertentu sebagai bentuk kesaktian," katanya.

Berdasar tradisi, kekuasaan (power) itu tidak diperoleh melalui pencapaian prestasi, tetapi askriptif dengan penaklukan dan penyerapan. Penyerapan bisa didapatkan dari faktor keturunan dan titisan.

"Ponari merupakan askriptif penyerapan titisan. Masyarakat menganggap Ponari merupakan titisan dari Ki Ageng Selo sehingga dia pun dianggap memiliki kesaktian," kata Asisten Direktur Program Pasca Sarjana Undar Jombang itu.

Oleh sebab itu, kemampuan yang ada pada diri Ponari tidak bisa diukur dengan menggunakan paradigma rasio empiris. "Fenomena Ponari sama sekali mengabaikan kelas dan strata ekonomi karena diusung oleh golongan romantisme mistis tadi. Yang datang ke tempat Ponari tidak hanya orang miskin, tetapi banyak kalangan masyarakat kaya dan berpendidikan, terutama mereka yang berasal dari luar Jawa. Oleh sebab itu, fenomena ini tidak bisa ditinjau secara rasio empiris," katanya.

Apakah fenomena Ponari itu akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama, Tadjoer menyatakan, tergantung situasi dan kondisi yang terjadi di masyarakat sekitar. "Biasanya fenomena itu akan berakhir, kalau sudah ada unsur komersial," katanya.

"Karena kesaktian seseorang itu didasari syarat-syarat moral, di antaranya yang paling utama adalah membantu orang lain tanpa pamrih. Jadi secara otomatis, kesaktian seseorang akan sirna jika sudah berorientasi pada materi," kata Tadjoer.

Tentu hal itu susah untuk dijawab Ponari dan keluarganya yang hingga hari ke-21 buka praktik di Dusun Kedungsari telah mampu meraup penghasilan di atas angka Rp 1 miliar.

Kendati uang itu tak pernah diimpikan sebelumnya, tidak tertutup kemungkinan uang sebesar itu akan mengubah pola hidup keluarga miskin yang selama ini tinggal di rumah berdinding anyaman bambu itu. *


Ø Fenomena Kuis SMS Tarif Premium Yang Hanya Mencari Keuntungan Belaka Dari Masyarakat
Dulu kuis adalah suatu kegiatan atau acara yang umumnya tidak bersifat komersial untuk mencari keuntungan belaka, namun sebagai suatu tambahan pelengkao suatu acara agar lebih menarik dan seru. Dulu sebelum adalah hp atau telepon genggam orang biasanya ikut serta dalam kuis dengan mengirimkan kartu pos atau surat. Hadiahnya pun umumnya tidak begitu bernilai tinggi. Kalau pun ada yang jor-joran dalam memberi hadiah, biasanya adalah undian, bukan kuis. Pemenang umumnya juga hanya boleh sekali menang walaupun mengirim banyak jawaban.
Semenjak adanya telepon selular, para operator telepon berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan baik dari layanan sms dan layanan suara. Inovasi yang dilakukan salah satunya dengan membuat layanan sms premium dengan bekerja sama dengan pihak lain atau rekanan yang menyediakan konten seperti ringtone, nasihat, astrologi, chating, tips cinta, lelucon, jadwal film, dan lain sebagainya.
Kuis berhadiah adalah salah satu jenis kegiatan yang disukai masyarakat. Karena di Indonesia sudah banyak orang yang punya ponsel, maka kuis sms premium pun dibuat. Dengan adanya teknologi sms orang akan menjadi lebih mudah untuk ikut serta dalam kuis dan menjawab pertanyaan atau syarat lainnya untuk bisa memenangkan hadiah yang ada.
Celakanya, kuis sms premium yang menarik pulsa pengirimnya dengan jumlah yang signifikan dijadikan lahan untuk mencari keuntungan belaka oleh banyak pihak. Dari pendapatan setiap sms premium, operator telepon dan penyedia konten sms akan mendapatkan keuntungan. Setiap penyedia layanan konten dibebani target pendapatan tinggi dari operator agar bisa tetap berbisnis.
Ciri-Ciri Kuis SMS Yang Hanya Mencari Keuntungan Belaka :
- Menggunakan 4 digit nomor dengan tarif yang lebih mahal dari sms biasa.
- Jawabannya mudah, apabila cukup sulit akan diberi petunjuk jawaban yang benar sehingga orang tertarik untuk ikutan kuisnya.
- Disarankan mengirim sebanyak-banyaknya agar peluangnya lebih besar.
- Hadiahnya tidak begitu besar nilai totalnya agar tidak rugi.
- Tidak ada badan atau lembaga khusus yang mengawasi mereka.
- Biasanya pengirim akan terdaftar untuk kuis selanjutnya atau bahkan luis lain secara otomatis yang akan menyedot pulsa terus-menerus bila tidak diunreg.
- Nebeng di acara tv, majalah, koran, bungkus produk, dsb.
Acara kuis semacam kuis sms premium bukanlah kuis yang sesungguhnya, tetapi hanya kedok untuk mencari keuntungan belaka. Sifat judi pun muncul karena sifat pulsa yang mirip dengan uang, sehingga para penjudi akan sangat menyukainya karena mirip sdsb, lotre, togel, dll.
Jadi anda sebagai masyarakat umum diharapkan untuk sadar dan memperbaiki keadaan yang ada untuk menjadi lebih baik. Penyelenggara layanan konten kuis sms premium diharapkan tidak lagi hanya mengharap uang dari pengirimnya saja yang otomatis akan membuat kuis menjadi lebih berbobot. Merubah sistem yang ada seperti satu nomor telepon hanya boleh satu kali kirim, mengirim ke nomor telepon biasa seharga sms biasa, tidak mengikutsertakan pengirim ke layanan berantai, dan lain sebagainya.
----
Tambahan Penting :
A. Voting SMS Premium
Hati-hati juga dengan voting sms premium acara reality show. Yang jelas mereka hanya menginginkan uang anda saja dari pulsa yang anda keluarkan tanpa peduli kualitas pemenangnya. Seorang peserta reality show dapat menjadi pemenang dengan mudah apabila punya dana besar untuk mengirim sms untuk diri sendiri. Jelas acara semacam itu menyesatkan, karena pemenang dapat dimanipulasi karena sifat voting yang tidak adil karena seseorang bisa punya sejuta suara.
B. Tawaran Hadiah Untuk Kirim SMS Premium
Saat ini banyak layanan penyedia konten yang menonjolkan tawaran hadiah kepada masyarakat dengan syarat join dengan layanan konten tersebut tanpa menjelaskan lebih lanjut dan rinci produk konten yang mereka jual. Orang yang mengharap hadiah pun akan tertarik untuk ikut serta, namum yang mereka dapatkan ternyata perampokan pulsa handphone secara licik, karena pelanggan akan diikutsertakan dalam layanan konten sms premium otomatis yang akan mengirim sms premium ke telepon anda sebagai syarat mendapat hadiah. Akhirnya pulsa pun tersebot banyak dan jika tidak mendapat hadiah maka hanya kerugian saja yang pelanggan sms premium derita.



Ø Fenomena Kenaikan Harga Gula

BELUM usai kesulitan dan penderitaan masyarakat (terutama masyarakat golongan ekonomi mengenah-bawah) akibat dampak negatif krisis yang melanda Amerika Serikat sejak beberapa waktu lalu, kini masyarakat dihadapkan kembali pada fenomena kenaikan harga gula pasir (gula kiloan/gula non kemasan). Beberapa hari ini gula pasir tersebut harganya sudah mencapai angka pada kisaran di atas Rp 7.000-an per kg. Bahkan pada tingkat penjualam eceran tertentu ada yang sudah mencapai Rp 9.000 per kg. 
Bila dicermati, dan bila ditelusuri dilapangan, kenaikan harga gula pasir tersebut, karena terjadinya ketidakseimbangan (dis-eqquilibiirum) antara jumlah permintaan dengan jumlah penawaran atas stok gula di pasaran, dan atau karena terjadi kelangkaan. Kondisi ini akan diperparah lagi karena belum datangnya musim panen tebu itu sendiri.
Berdasarkan informasi yang ada, kebutuhan gula untuk masyarakat Sumatera Selatan setiap bulannya diperkirakan 10.000 ton. Artinya, jika stok gula yang tersedia sama dengan atau lebih dari jumlah yang dibutuhkan tersebut, maka harga gula akan tetap stabil. Sebaliknya, jika stok gula yang tersedia dibawah dan atau jauh dibawah jumlah yang dibutuhkan tersebut, maka pasar akan bereaksi, akan terjadi kenaikan harga gula dipasaran.
Terlepas dari ada tidaknya unsur permainan spekulan/distributor yang menyebabkan kelangkaan gula tersebut, yang jelas gula di pasaran saat ini masih mengalami gangguan/mengalami kekurangan. Hasil pantauan di pasaran, memang pada beberapa lokasi pasar sudah terjadi kekurangan stok gula bahkan pada lokasi pasar tertentu justru tidak tersedia stok gula sama sekali. Apa yang harus dilakukan dalam menyikapi fenomena ini?
Dampak Free Market
Bila kita tilik pengalaman sebelumnya, bahwa sebelum krisis ekonomi melanda negeri ini, distribusi gula tergaja dengan baik dan apabila pemerintah menganggap perlu, pemerintah dapat mengintervensi harga gula, apabila terjadi ketidak stabilan. Setelah krisis ekonomi melanda negeri ini tahun 1997 lalu, perekonomian negeri ini mengalami goncangan termasuklah permasalahan ketidak stabilan distribusi dan harga komoditas kebutuhan pokok termasuklah gula.
Mencermati fenomena tersebut, sehingga IMF meminta kepada pemerintah untuk melepas perdagangan gula kepada pasaran bebas (free market). Setelah diberlakukan sistem free market tersebut, ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap pasar gula di Indonesia yakni perdagangan gula dikuasai segelintir pengusaha/pedagang/distributor. Terjadi praktik oligopoli, sehingga harga semakin terus meningkat, yang menyebabkan pemerintah mengalami kesulitan untuk mengontrol harga gula, tidak seperti mengontrol harga beras.
Kondisi ini terus berlangsung, termasuklah fenomena kelangkaan gula saat ini, yang tengah kita hadapi. Sekali lagi, kini stok gula di pasaran tergangu, pasar bereaksi, harga gula mengalami kenaikan, kondisi ini bisa terus berlangsung, jika tidak segera diatasi dengan cepat dan bijak.
Fenomena kelangkaan gula tersebut, tidak bisa dibiarkan begitu saja, apalagi mengingat akan adanya pesta demokrasi (baca: pemilihan umum legeslatif) bulan April mendatang. Diperkirakan permintaan gula akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, karena gula merupakan salah satu unsur sembako yang sering digunakan kontestan (calon legeslatif) untuk pelengkap mereka berkampanye (mempromosikan diri) yakni dengan jalan membagi-bagikan sembako, termasuk gula  tersebut. Untuk itu, sekali lagi, penyediaan gula yang cukup tersebut adalah mutlak dilakukan.
Perlu Pengaturan
Menyikapi fenomena yang ada pada sistem free market sebelumnya dan fenomena kenaikan harga gula saat ini, sehingga pemerintah merasa perlu mengatur distribusi gula. Untuk itu, beberapa waktu yang lalu, ditunjuklah Perum Bulog sebagai distributor/agen gula nasional. Momen tersebut dimulai dari terjalinnya kerja sama yang tertuang dalam MOU pada tanggal 3 November 2008 antara Perum Bulog dengan PT. Perusahaan Perkebunan Nusantara (PTPN) II,VII, IX, XIV, PT Rajawali Nusantara Indonesia (PTRNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (PT. BRI), PTPN dan PTRNI sebagai pemilik Gula Kristal Putih (GKP), Perum Bulog sebagai distributor dan PT Bank BRI memfasilitasi transaksi keuangan dalam kegiatan kerjasama ini.
Setelah terjalinnya kerja sama tersebut, selanjutnya Perum Bulog mengundang Kadin dan APEGTI (Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indoenesia) pada tanggal 4 Desember 2008 untuk membicarakan persoalan tata niaga gula yang ideal di Indonesia. Hal ini dilakukan, dalam rangka memantapkan persiapan kerja sama tersebut.
Selanjutnya dalam pertemuan itu disepakati bahwa apabila ingin mengendalikan harga gula, selayaknya minimal 80 persen stok gula produksi nasional ataupun impor harus lewat Perum Bulog. Kemudian pada pertemuan itu juga disepakati bahwa Perum Bulog akan menggandeng APEGTI dan Kadin untuk pendistribusian gula tersebut nantinya. (Info Kadin)
Pada tanggal 8 Januari 2009 yang lalu, Perum Bulog telah menandatangani kerja sama dengan APEGTI dan Induk Koperasi Pasar dan Pemasaran (INKOPPAS) untuk menyalurkan gula pasir dari PTPN dan PTRNI. Perum Bulog menjual gula pasir ke APEGTI dan selanjutnya APEGTI bersama-sama pedagang/pengusaha gula serta koperasi dapat menyalurkan/menjual gula ke pasar. Disepakati bahwa Perum Bulog sebagai agen pemasaran, APEGTI sebagai distributor pada lini I dan II, sedangkan  INKOPPAS sebagai distributor pada lini III dan pengecer. (Bisnis Indonesia, 9 Januari 2009).
Di Sumatera Selatan sendiri telah berdiri APEGTI Sumsel sebagai perpanjangan tangan APEGTI Pusat, yang dapat dimanfaatkan dalam rangka pengaturan distibusi gula tersebut. APEGTI Sumsel yang bermitra dengan Perum Bulog yang ada didaerahnya,  sebetulnya mempunyai kedudukan sangat strategis dalam rangka pengaturan distribusi gula tersebut. Hal ini sesuai dengan bunyi salah satu satu AD/ART APEGTI yakni tujuan APEGTI adalah membantu pemerintah menstabilkan harga gula dan terigu serta menjamin ketersediaannya, karena gula dan terigu merupakan bahan makanan kebutuhan rakyat dari semua lapisan masyarakat.
Kemudian dalam jangka pendek,tindakan yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah secepatnya melakukan operasi pasar, dan berupaya meminta ke pemerintah pusat agar dapat memberikan menyalurkan gula rafinasi yang ada di Lampung. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemerintah daerah pun dapat mengupayakan untuk meminta izin ke pemerintah pusat, kiranya pengusaha/distributor gula di daerah dalam waktu singkat untuk mengatasi kelangkaan gula dan sambil menunggu masa panen tebu tiba, dapat diberikan izin melakukan impor gula.

Ø FENOMENA ADA APA DENGAN MASYARAKAT KITA ??
Surat kabar Pikiran Rakyat edisi Senin, 12 Februari 2007 memberitakan bahwa dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, delapan kasus pembunuhan terjadi di wilayah hukum Poliwiltabes Bandung, Polresta Cimahi, dan Polres Bandung. Semua itu terjadi dengan berbagai motif dan modus operandi. Bahkan ada yang masih berupa peristiwa misteri, belum diketahui motif dibalik pembunuhan itu, serta entah siapa pelakunya.
Menyimak kejadian demi kejadian di dua daerah itu saja kita sudah bergidik, merasa khawatir dan prihatin. Khawatir peristiwa serupa akan terus bermunculan. Khawatir akan ada korban berikutnya yang berjatuhan.

Penyakit masyarakat moderen
Ada apa dengan masyarakat kita dewasa ini? Rupanya bangsa Indonesia sedang dilanda penyakit yang biasa diderita oleh masyarakat moderen. Lebih jelasnya menurut ahli kejiwaan Dr. Kartini Kartono, penyakit itu berupa kehilangan penguasaan terhadap konflik-konflik intrapsikis dan kekalutan batin sendiri, sehingga orang tidak tanggap terhadap keadaan lingkungan, dan lama kelamaan menjadi neurotis atau pun psikotis. Dan sebab musabab kemunculan gejala-gejala gangguan psikis itu adalah multikausal atau multifaktor.
Sedangkan dr. Teddy Hidayat, sp.K.J. seperti dikutip Pikiran Rakyat mengatakan, bahwa maraknya tindak kekerasan akhir-akhir ini salah satu pertanda makin tingginya tingkat agresivitas masyarakat saat ini, yang disebabkan oleh stres serta frustasi.
Memang senyatanya demikian. Bagi rakyat Indonesia pada umumnya, terutama masyarakat kalangan bawah, semakin hari beban dan tantangan hidup terasa semakin berat. Mereka resah gelisah menyongsong masalah-masalah hidup yang terbentang di depan mata dan tidak pernah ditemukan pemecahannya.
Masalah-masalah itu antara lain, kesenjangan yang lebar antara si kaya dan si miskin, jumlah pengangguran yang terus bertambah, persaingan hidup semakin ketat, harga-harga bahan pokok yang terus melambung, sedangkan di sisi lain kalangan high class mempertontonkan sifat hedonis dan materialistis yang berdampak pada timbulnya kecemburuan sosial, wabah penyakit yang menyerang silih berganti, sampai kepada datangnya bencana, baik yang muncul akibat ulah manusianya sendiri maupun yang jelas-jelas datang dari Sang Maha Pencipta. Sikap pemerintah yang lamban dalam penanganan korban bencana dan selalu kontoversial dalam membuat kebijakan-kebijakan, memperbesar sikap apatis bangsa ini.
Tak heran bila kemudian muncul pula berbagai macam patologi sosial dari yang teringan sampai yang terparah. Yang apabila tidak disadari kemunculannya, kita abaikan keberadaannya, atau kita tidak tanggap pada masalah yang awalnya seperti sepele itu, akan menjadi bencana yang paling mengerikan sepanjang sejarah manusia.
Perilaku kasar dan tindakan-tindakan sadis yang berlangsung setiap hari, baik yang terjadi di alam nyata maupun dalam tayangan berulang-ulang di beberapa stasiun televisi, serta kita saksikan sesering mungkin, merupakan pembiasaan perilaku yang tidak biasa. Sehingga hal-hal yang tadinya dianggap aneh, dinilai kejam, tanpa disadari sedikit demi sedikit akan berubah menjadi sesuatu yang lumrah, bahkan tidak menutup kemungkinan lambat laun tayangan tentang kekejaman manusia terhadap sesamanya akan menjadi tontonan yang mengasyikkan.
Maraknya perilaku pembunuhan, bila tidak dilakukan penyidikan sesegera mungkin serta tindakan hukum yang tuntas serta jelas, akan menjadi sesuatu yang dimaklumi dalam hidup ini. Bila sudah demikian keadaannya, bagaimana nasib ke depannya anak cucu kita? Akankah mereka masih tergolong mahluk yang berakal budi? Masih pantaskah mereka menyandang gelar khalifah di muka bumi?

Perlu tindakan preventif
Walau kondisi masyarakat Indonesia digambarkan separah itu, sangat disayangkan bila kita putus asa menghadapinya. Barangkali masih ada sisa-sisa tenaga untuk sedikit demi sedikit merubah keadaan semampu kita. Saya kira langkah awal yang mesti diambil adalah menyelamatkan lingkungan terkecil kita dalam hal ini lingkungan keluarga, dari hal-hal yang bisa memicu timbulnya penyakit-penyakit sosial. Peran serta seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya di rumah sangatlah vital. Mempererat hubungan kasih sayang antar anggota keluarga adalah langkah yang tepat. Menghidupkan kembali suasana agamis juga merupakan sebuah solusi. Mengajak setiap anggota keluarga untuk mengisi rohani masing-masing dengan ajaran agama adalah sebuah jalan keluar.
Kita harus belajar kembali pada keluarga-keluarga tradisional jaman dulu, di mana kegiatan beribadah bukanlah sekedar menjalankan ritual dan seremonial belaka, tetapi merupakan kebutuhan primer mereka.
Ternyata kita perlu kembali berguru pada masyarakat masa lalu, dimana kesederhanaan dan kebersahajaan menjadi prnsip hidupnya, di mana gotong royong dan kebersamaan menjadi nafas sebuah komunitas.
Bila semua itu menjadi sebuah kemustahilan untuk diwujudkan pada era globalisasi ini, walau bukan pekerjaan yang mudah, bersikukuhlah untuk membentuk lingkungan terkecil kita menjadi lingkungan yang aman dari pengaruh penyakit masyarakat moderen itu, dengan bermodalkan keyakinan bahwa kita sebagai orang tua bisa dan mampu mewariskan kepada anak cucu kita, peradaban yang sesuai dengan ajaran Islam sampai akhir jaman. Amin.




REFERENSI :
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/02/23/18095223/fenomena.ponari.dalam.tinjauan.medis.dan.sosiologi
http://organisasi.org/fenomena-kuis-sms-tarif-premium-yang-hanya-mencari-keuntungan-belaka-dari-masyarakat
http://palembang.tribunnews.com/view/8082/fenomena_kenaikan_harga_gula
http://poponsaadah.blogsome.com/2007/02/14/ada-apa-dengan-masyarakat-kita/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post